Aku sering plesiran di kawasan Kota Tua. Keeksotisan bangunan-bangunan di Kota Tua membuat diriku gemar mencari tahu jejak-jejak sejarah yang ada disana.Bulan April 2011 silam seorang teman
membuat status di akun Facebooknya, di statusnya itu tertulis bahwa
telah ditemukan sebuah kamar rahasia di Museum Fatahillah Kota
Tua(Museum Sejarah Jakarta),dan di dinding kamar rahasia itu terdapat
mural yang penuh misteri.Kabar ini membuat diriku penasaran,sepanjang penelusuranku di Kota Tua,belum pernah aku melihat kamar
rahasia ini. Akhirnya aku dan temanku sepakat janjian bertemu untuk
melihat kamar rahasia itu. Kebetulan temanku ini punya tiket untuk
masuk ke kamar rahasia itu.
Sambil menunggu saat kamar rahasia dibuka pukul 11.30 siang, aku dan
teman-teman asik bersendau gurau,dan tak ketinggalan bernarsis ria
foto-foto di berbagai sudut museum.
Pukul 11.30 pun tiba, aku dan teman-temanku beranjak menuju kamar rahasia. Antrian pengunjung panjang,mereka sama penasaran dengan kami ingin tahu misteri kamar rahasia di Museum Fatahillah.
Tak berapa lama keluarlah dua orang berpakaian ala dementor berputar-putar di dekat antrian. Setelah itu keluarlah seorang berpakaian ala saudagar jaman lampau memberikan orasi kepada pengunjung yang antri. Dia bercerita bahwa kamar yang akan dimasuki pengunjung adalah sebuah tempat dimana para bangsawan jaman VOC sering mengadakan pesta. Sebelum pengunjung masuk ke dalam kamar yang di atas pintunya terdapat tulisan ‘Van Breukelen’, orang berpakaian ala dementor memberikan satu benda berbentuk panjang yang diselimuti kain hitam kepada salah satu pengantri.
Aku dan teman-teman pun memasuki ruangan. Tak berapa lama kami disuguhi sebuah gambar dari proyektil didinding ruangan kamar. Dibalut dengan aksi teatrikal 3 orang yang cukup berumur,para pengunjung diajak untuk melihat sejarah situasi Batavia di era abad 19. Di ruangan itu diceritakan bahwa ditahun 1880 Batavia mengalami kehebohan dikarenakan pedang Djacacarta(Jayakarta) hilang. Hilangnya pedang Jayakarta ini dipercaya masayarakat jaman itu bisa mendatangkan malapetaka dan bencana yang dahsyat. Nyonya Victoria Van Breukelen(istri Ruud Van Breukelen,salah satu controleur di era itu) lah yang ramai memberitakan kabar hilangnya pedang Jayakarta tersebut pada pesta-pesta kaum bangsawan. Victoria juga mengajak jawara untuk memburu pencuri pedang. Pertumpahan darah pun terjadi di Batavia. Banyak jawara mencari keberadaan pedang Jayakarta. Mereka saling curiga satu sama lain hingga terjadi banyak pertumpahan darah di Batavia. Salah satu jawara yang ditakuti pada masa itu adalah Thomas,seorang marsose mantan begal. Thomas dijuluki Sang Hiu Pemburu karena keganasannya. Aku dan pengunjung lainnya merasa takjub dengan gambar dan efek-efek suara yang disuguhkan di ruangan itu. Pengunjung pun diajak berinteraksi di ruangan itu.
Sekitar 20 menit pertunjukan pun selesai. Penonton bertepuk tangan dengan meriah. Tak lupa aku dan teman-teman berfoto bersama dengan pemain teater. Ternyata para pemain teater itu merupakan sosok legenda didunia teater Indonesia. Mereka adalah Joshua Pandelaki,Salim Bungsu,dan Dudung Hadi, para senior Teater Koma.
Sebelum meninggalkan ruangan pertunjukan,moderator menyampaikan bahwa gambar proyektil yang kami saksikan tadi sebenarnya adalah rekaan dari gambar asli yang ada di kamar sebelah. Aku dan teman-teman segera beranjak menuju kamar yang dimaksud. Ternyata inilah kamar rahasia yang membuat kami penasaran. Di dinding kamar yang cukup luas(sekitar 200m persegi),terdapat mural yang sangat eksotis. Mural itu tampak setengah jadi. Mural itu menggambarkan Batavia era 1880-1920,dimana kala itu terjadi pertumpahan darah di Batavia karena hilangnya pedang Jayakarta. Menurut brosur yang kubaca,mural itu dibuat oleh pelukis Harijadi Sumodidjojo dan S.Sudjojono tahun 1974 atas suruhan Ali Sadikin (Gubernur Jakarta saat itu). Mural ini tak pernah selesai,dikarenakan dinding yang lembab akibat terembes air laut,sehingga cat pada mural tak bisa menempel secara utuh. Kamar rahasia ini sendiri baru ditemukan dan dibuka kembali pada 2010,setelah selama 35 tahun ditutup. Kamar ini secara tak sengaja ditemukan oleh orang-orang Indonesia pecinta sejarah (salah satunya Sisco,keturunan langsung dari Thomas Sang Hiu Perkasa). Setelah itu para sejarawan,penulis,artis,animator,aktor teater,dari berbagai bangsa mencoba menerjemahkan misteri lukisan dinding yang memotret kehidupan multi etnik Batavia di jaman pemerintahan Belanda.
Aku merasa puas hari itu. Rasa penasaranku tentang kamar rahasia itu
terjawab sudah. Senang sekali diriku bisa melihat secara langsung
peninggalan sejarah yang sangat berharga tersebut.
Akhirnya pada satu Hari Minggu,aku berangkat menuju
kawasan Kota Tua. Teriknya matahari tak menyurutkan semangatku. Rasa
penasaran tentang kamar rahasia di Museum Fatahillah membuat energiku
berlipat dari biasanya. Saat itu suasana disepanjang kawasan Kota Tua
agak ramai. Rombongan anak-anak usia sekolah,rombongan
keluarga,rombongan turis asing,komunitas sepeda,komunitas
fotografer,hingga pasangan kekasih yang sedang shooting foto pre wedding
tumpah ruah dipelataran Museum Fatahillah. Jejeran lapak pedagang kaki 5
menambah padat pelataran museum. Di tengah pelataran museum aku melihat
orang-orang bergerombol sedang menonton sesuatu,akupun beringsut
kesana. Ternyata ada kelompok seniman kuda lumping sedang menampilkan
atraksi. Sebagian penonton terhibur,tapi tak sedikit pula penonton
bergidik ngeri melihat atraksi seniman kuda lumping tersebut.
Handphoneku berdering,temanku
menelepon,ternyata dia sudah berada di dalam Museum Fatahillah.
Sesampainya di dalam museum,aku berkeliling-keliling dulu menyusuri
museum yang mulai dibangun tahun 1620 pada jaman Gubernur Jendral Jan
Pieterszoon Coen. Beberapa koleksi museum tampaknya tidak dipajang di
dalam museum,sedang dalam perawatan(tertulis di beberapa tempat
koleksi).
Akupun bertemu dengan temanku.Ternyata
ada teman-teman lain dari Jakarta,Bogor,Bandung,dan Tangerang yang
datang ke museum. Mereka juga penasaran ingin melihat kamar rahasia
yang ada di Museum Fatahillah.
Handphoneku berdering,temanku
menelepon,ternyata dia sudah berada di dalam Museum Fatahillah.
Sesampainya di dalam museum,aku berkeliling-keliling dulu menyusuri
museum yang mulai dibangun tahun 1620 pada jaman Gubernur Jendral Jan
Pieterszoon Coen. Beberapa koleksi museum tampaknya tidak dipajang di
dalam museum,sedang dalam perawatan(tertulis di beberapa tempat
koleksi).
Akupun bertemu dengan temanku.Ternyata
ada teman-teman lain dari Jakarta,Bogor,Bandung,dan Tangerang yang
datang ke museum. Mereka juga penasaran ingin melihat kamar rahasia
yang ada di Museum Fatahillah.
Pukul 11.30 pun tiba, aku dan teman-temanku beranjak menuju kamar rahasia. Antrian pengunjung panjang,mereka sama penasaran dengan kami ingin tahu misteri kamar rahasia di Museum Fatahillah.
Tak berapa lama keluarlah dua orang berpakaian ala dementor berputar-putar di dekat antrian. Setelah itu keluarlah seorang berpakaian ala saudagar jaman lampau memberikan orasi kepada pengunjung yang antri. Dia bercerita bahwa kamar yang akan dimasuki pengunjung adalah sebuah tempat dimana para bangsawan jaman VOC sering mengadakan pesta. Sebelum pengunjung masuk ke dalam kamar yang di atas pintunya terdapat tulisan ‘Van Breukelen’, orang berpakaian ala dementor memberikan satu benda berbentuk panjang yang diselimuti kain hitam kepada salah satu pengantri.
Aku dan teman-teman pun memasuki ruangan. Tak berapa lama kami disuguhi sebuah gambar dari proyektil didinding ruangan kamar. Dibalut dengan aksi teatrikal 3 orang yang cukup berumur,para pengunjung diajak untuk melihat sejarah situasi Batavia di era abad 19. Di ruangan itu diceritakan bahwa ditahun 1880 Batavia mengalami kehebohan dikarenakan pedang Djacacarta(Jayakarta) hilang. Hilangnya pedang Jayakarta ini dipercaya masayarakat jaman itu bisa mendatangkan malapetaka dan bencana yang dahsyat. Nyonya Victoria Van Breukelen(istri Ruud Van Breukelen,salah satu controleur di era itu) lah yang ramai memberitakan kabar hilangnya pedang Jayakarta tersebut pada pesta-pesta kaum bangsawan. Victoria juga mengajak jawara untuk memburu pencuri pedang. Pertumpahan darah pun terjadi di Batavia. Banyak jawara mencari keberadaan pedang Jayakarta. Mereka saling curiga satu sama lain hingga terjadi banyak pertumpahan darah di Batavia. Salah satu jawara yang ditakuti pada masa itu adalah Thomas,seorang marsose mantan begal. Thomas dijuluki Sang Hiu Pemburu karena keganasannya. Aku dan pengunjung lainnya merasa takjub dengan gambar dan efek-efek suara yang disuguhkan di ruangan itu. Pengunjung pun diajak berinteraksi di ruangan itu.
Sekitar 20 menit pertunjukan pun selesai. Penonton bertepuk tangan dengan meriah. Tak lupa aku dan teman-teman berfoto bersama dengan pemain teater. Ternyata para pemain teater itu merupakan sosok legenda didunia teater Indonesia. Mereka adalah Joshua Pandelaki,Salim Bungsu,dan Dudung Hadi, para senior Teater Koma.
Sebelum meninggalkan ruangan pertunjukan,moderator menyampaikan bahwa gambar proyektil yang kami saksikan tadi sebenarnya adalah rekaan dari gambar asli yang ada di kamar sebelah. Aku dan teman-teman segera beranjak menuju kamar yang dimaksud. Ternyata inilah kamar rahasia yang membuat kami penasaran. Di dinding kamar yang cukup luas(sekitar 200m persegi),terdapat mural yang sangat eksotis. Mural itu tampak setengah jadi. Mural itu menggambarkan Batavia era 1880-1920,dimana kala itu terjadi pertumpahan darah di Batavia karena hilangnya pedang Jayakarta. Menurut brosur yang kubaca,mural itu dibuat oleh pelukis Harijadi Sumodidjojo dan S.Sudjojono tahun 1974 atas suruhan Ali Sadikin (Gubernur Jakarta saat itu). Mural ini tak pernah selesai,dikarenakan dinding yang lembab akibat terembes air laut,sehingga cat pada mural tak bisa menempel secara utuh. Kamar rahasia ini sendiri baru ditemukan dan dibuka kembali pada 2010,setelah selama 35 tahun ditutup. Kamar ini secara tak sengaja ditemukan oleh orang-orang Indonesia pecinta sejarah (salah satunya Sisco,keturunan langsung dari Thomas Sang Hiu Perkasa). Setelah itu para sejarawan,penulis,artis,animator,aktor teater,dari berbagai bangsa mencoba menerjemahkan misteri lukisan dinding yang memotret kehidupan multi etnik Batavia di jaman pemerintahan Belanda.
Oude Stad van Batavia is altijd vol van mysterie
owh ini cerita yg waktu itu ya?
BalasHapussayang aku gak ikutan :(
Iya,kalau Melly mau lihat lukisan ini,harus menunggu hingga tahun 2014,berhubung Museum Sejarah sedang direnovasi
BalasHapusMantap tulisannnya...sukses buat semuanya !
BalasHapusSalam kenal dari One SM:
http://iwansmtri.blogspot.com/2011/12/ada-ilmu-matematika-di-obyek-wisata.html
waha ku juga nonton nih ke fatahilah kemarin.
BalasHapussukses ya ikut lombanya :D
@Iwan Sumantri : Terima kasih atas apresiasinya,semoga artikel ini bisa berguna untuk pengetahuan wisata sejarah di Kota Jakarta
BalasHapuswah ini saya sendiri yang nmpaknya lom tahu museumnya.tapi dengan tulisan agan saya bisa tahu isi dalmnya.
BalasHapusmakasih infonya salam kenal.
di tunggu kunjungannya gan
jadi teringat pada saat kunjungan di tmpat itu.
BalasHapusSukses selalu
Salam
Ejawantah's Blog
wah kayaknya seru tuh jujur saya belum pernah kedalamnya sih.. lewatin kota tua cuma lewat luar aja , btw kayaknya seru bgt cerita kamu. Salam kenal ya...:-)
BalasHapus